Sabtu, 07 Desember 2013

Laporan Kedalaman dan Media Tanam



I.      KEDALAMAN DAN MEDIA TANAM
A.    Pendahuluan
1.     Latar Belakang
Mempertahankan kesuburan tanah pada tingkat memuaskan dan pada waktu yang sama juga menghasilkan tanaman yang menguntungkan merupakan masalah yang tidak mudah. Ia berhubungan dan bergantung dari berbagai faktor yang berubah-ubah dan bukan sifat kesuburan. Faktor ini secara nyata menentukan tingkat dari berbagai masalah kesuburan dan sebaiknya dipengaruhi cara kita mempertahankan kesuburan.
Penanaman benih dapat dilakukan secara langsung pada tempat penanaman. Namun keadaan lapang, terutama atmosfer tanah tidak merupakan sistem yang kontinyu, kandungan karbondioksida lebih besar daripada udara di atas tanah. Karena dekomposisi bahan organik meningkat menurut kedalaman tanah. Sedangkan kandungan oksigen lebih sedikit daripada udara dan menurun menurut kedalaman tanah. Oksigen digunakan dalam respirasi akar dan mikroorganisme. Apabila ditambahkan air ke dalam tanah, maka udara dalam tanah akan terdesak keluar, sehingga akar kekurangan oksigen. Variabilitas atmosfer tanah tergantung dari bahan organik, mikroorganisme tanah dan musim. Air dan mikroorganisme akan berada dalam pori-pori tanah, sehingga apabila rongga pori dibagian atas tanah hampir penuh (tanah basah/musim hujan) suplai oksigen kurang, maka penanaman relatif dangkal, sedangkan apabila rongga pori dibagian atas berisi sedikit jumlah air yang tersedia, suplai air merupakan faktor pembatas maka penanaman relatif dalam.
Kedalaman tanam juga tergantung pada tipe perkecambahan dan kandungan air serta oksigen pada media tanam. Umumnya benih dengan cotyledoneae yang muncul ke atas permukaan tanah, biasanya memerlukan penanaman dangkal daripada benih yang cotyledoneae bijinya tertinggal dibawah permukaan tanah.

2.     Tujuan
Praktikum tentang kedalaman dan media tanam  mempunyai tujuan untuk mengetahui pengaruh kedalaman media tanam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman.
3.     Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum kedalaman dan media tanam dilaksanakan pada hari Selasa, 1 Mei 2012 pukul 15.30 WIB sampai pukul 17.00 WIB bertempat di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.


B. Tinjauan Pustaka
Pupuk organik yang berasal dari kotoran hewan disebut sebagai pupuk kandang. Kandungan unsur haranya yang lengkap seperti natrium (N), fosfor (P), dan kalium (K) membuat pupuk kandang cocok untuk dijadikan sebagai media tanam. Unsur-unsur tersebut penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Selain itu, pupuk kandang memiliki kandungan mikroorganisme yang diyakini mampu merombak bahan organik yang sulit dicerna tanaman menjadi komponen yang lebih mudah untuk diserap oleh tanaman (Foth, 2006).
Komposisi kandungan unsur hara pupuk kandang sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain jenis hewan, umur hewan, keadaan hewan, jenis makanan, bahan hamparan yang dipakai, perlakuan, serta penyimpanan sebelum diaplikasikan sebagai media tanam. Pupuk kandang yang akan digunakan sebagai media tanam harus yang sudah matang dan steril. Hal itu ditandai dengan warna pupuk yang hitam pekat. Pemilihan pupuk kandang yang sudah matang bertujuan untuk mencegah munculnya bakteri atau cendawan yang dapat merusak tanaman
(Subroto dan Yusrani, 2005).
Kesuburan tanah adalah kemampuan tanah dalam menyediakan nutrisi atau hara, air, udara, dan kondisi klimatis tanah untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanah secara optimal. Sehingga, tanaman tersebut mampu melakukan proses fisiologis, vegetatif, dan generatif secara normal. Unsur hara atau nutrien adalah unsur, zat, atau senyawa yang penting (esensial) bagi tanaman. Unsur tersebut harus terdapat dan tersedia dalam tanah, terutama pada butir liat dan air tanah yang tersedia pada pori mikro atau pori kapiler. Selain itu, udara tanah yang harus terdapat dan tersedia pada pori mikro atau pori aerasi tanah
(Sutomo, 2005).
Tanah merupakan daerah peralihan antara yang hidup dan yang mati, tempat tumbuhan menggabungkan energi surya dan karbondioksida dari atmosfer dengan hara dan air dari tanah menjadi jaringan hidup. Kebanyakan hara terdapat dalam mineral dan bahan organik dan dalam keadaan demikian tidak larut serta tidak tersedia bagi tumbuhan. Hara menjadi tersedia melalui pelapukan mineral dan penguraian bahan organik. Memang jarang tanah yang mampu menyediakan semua unsur penting selama jangka waktu yang panjang dalam jumlah yang diperlukan untuk menghasilkan produk yang tinggi (Sumiati, 2000).
Agar kecambah mempunyai vigor dan kecepatan tumbuh yang baik dan seragam, maka media tanam yang digunakan harus memenuhi beberapa persyaratan. Madia tanam harus bebas penyakit (steril), yang tidak cepat lapuk, mempunyai sifat kimia dan fisika yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman semai, yaitu mengandung unsur hara mikro dan makro esensial, memudahkan akar untuk menempel, media tanam harus berongga (porous) untuk sirkulasi udara (Anonim, 2010).
Salah satu faktor yang memegang peranan dalam percobaan rumah kaca adalah penggunaan tanah yang lebih seragam.  Hal tersebut penting agar data yang digunakan dapat sama. Selain itu juga agar variabel media tanamnya sama (Hidajat A, 2000).
Tanah adalah sistem hidup yang mengolah setiap pupuk buatan yang diberikan dalam bentuk tersedia atau tidak tersedia untuk tanaman. Pengatur utama proses ini adalah bahan organik tanah yang bertindak sebagai penyangga biologi yang mempertahankan penyediaan hara dalam jumlah yang cukup dan berimbang untuk tanaman. Penambahan bahan organik merupakan salah satu tindakan perbaikan lingkungan tumbuh tanaman untuk meningkatkan atau mengoptimalkan manfaat pupuk. Tanah yang miskin bahan organik akan berkurang daya penyangga dan keefisienan pupuk karena sebagian hilang dari lingkungan perakaran (Kristina D, 1996).
Faktor media tanam sangat berpengaruh terhadap ketersediaan pangan yaitu nutrisi bagi tanaman. Tanaman akan tumbuh dengan baik dan menghasilkan produk yang diminta jika media tanamnya sesuai dengan persyaratan tumbuh tanaman. Medium yang baik adalah medium yang dapat merembeskan air yang berlebihan dengan mudah, dapat menahan air untuk kebutuhan tanaman, subur, gembur, dan terdapat banyak unsur hara di dalamnya. Media tanam sering sekali diabaikan dalam usaha pertanian, padahal media tanam adalah pendukung utama terhadap hasil yang diperoleh (Sutomo, 2005).



C. Alat, Bahan dan Cara Kerja
1.     Alat
a.   Polybag
b.   Penggaris
c.   Kertas label
d.   Timbangan
e.   Oven
f.    Tugal
2.     Bahan
a.   Benih jagung 5 buah
b.   Kompos
c.   Tanah
d.   Air
3.     Cara Kerja
a.   Menggemburkan tanah sesuai prosedur pengolahan tanah.
b.   Memasukkan tanah tersebut bersama kompos sesuai perlakuan masing-masing kelompok (media tanam tanah) ke dalam polybag.
c.   Mengaduk tanah dengan rata kemudian membasahi tanah dengan air secukupnya.
d.   Menanam benih sesuai perlakuan kedalaman tanam.
e.   Memelihara sampai panen.



D.    Hasil Pengamatan
Tabel 1.1 Tinggi Tanaman A2B3
Minggu ke-
Ulangan

1
2
3
4
5
1
11
4,5
11
15,5
0,5
2
43
37
41,5
39
12
3
51
41
48
52
21,5
4
51,5
41,5
48,5
55,5
22,5
5
42
50,5
60
52,5
22,5
Sumber : Laporan Sementara
Tabel 1.2 Berat Brangkasan Segar
Komoditi
Perlakuan
Variabel Pengamatan (gram)
Daun
Batang
Akar
Jagung
A2B3
7,33
8,25
5,52
Sumber : Laporan Sementara
Tabel 1.3 Berat Brangkasan Kering
Komoditi
Perlakuan
Variabel Pengamatan (cm)
Daun
Batang
Akar
Jagung
A2B3
1,37
1,08
0,82
Sumber : Laporan Sementara



E.    Pembahasan
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari bulir), dibuat tepung (dari bulir, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung bulir dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi.
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. Meskipun beberapa varietas dapat menghasilkan anakan (seperti padi), pada umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini. Bunga betina jagung berupa "tongkol" yang terbungkus oleh semacam pelepah dengan "rambut". Rambut jagung sebenarnya adalah tangkai putik.
Jagung termasuk tanaman bijinya berkeping tunggal monokotil, jagung tergolong berakar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman.
Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin.
Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang. Antara pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun.
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya (protandri).
Jagung menggunakan pupuk kompos. Pupuk Kompos ibarat multi-vitamin untuk tanah pertanian. Kompos akan meningkatkan kesuburan tanah dan merangsang perakaran yang sehat Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah dan menghasilkan senyawa yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Aktivitas mikroba tanah juga diketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit. Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik kualitasnya daripada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia, misal : hasil panen lebih tahan disimpan, lebih berat, lebih segar, dan lebih enak. Aplikasinya tanah dengan pupuk kompos memiliki perbandingan 4 : 1 dan memiliki kedalaman tanam 1 cm.
Menurut penelitian Mahasiswa Universitas Padjajaran “Pengaruh Kompos Sampah Kota dan Pupuk Kandang Sapi Terhadap Sifat Kimia Tanah dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata) pada Fluventic Eutrudepts Asal Jatinangor Kabupaten Sumedang”. Pemberian pupuk kotoran sapi dan kompos kota mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Jagung yang diberi perlakuan pupuk kotoran sapi dan kompos kota, menunjukkan ada perbedaan rata-rata berat kering tanaman dengan tanpa pupuk kotoran sapi dan kompos kota (kontrol).
Produktivitas tanaman rata-rata tertinggi dicapai pada taraf dosis maksimal 15 ton ha-1. Hal ini selaras dengan kondisi perbaikan sifat fisik-kimia tanah yang optimal terjadi pada taraf dosis tersebut. Hasil uji statistik untuk bobot kering tanaman jagung menunjukkan bahwa terjadi interaksi antara pupuk kotoran sapi dengan kompos kota terhadap pertumbuhan tanaman jagung. Dapat disimpulkan bahwa penambahan kompos kota dan pupuk kandang sapi berpengaruh positif terhadap peningkatan bobot kering tanaman. Penambahan taraf dosis pupuk kandang sapi maupun kompos kota berpengaruh pada peningkatan bobot kering tanaman jagung. Peningkatan bobot kering tanaman selaras dengan penambahan taraf dosis kompos kota dan pupuk kandang sapi. Tetapi pada percobaan yang kami lakukan hasil pengamatan tinggi tanaman jagung perlakuan A2B3 (kedalaman tanam 2 cm dan media tanah dan kompos perbandingan  2:1) pertumbuhannya meningkat tetapi melambat mulai minggu ke-3 dan ke-4. Hal ini karena kompos atau unsure hara dalam tanah lama-kelamaan akan hilang serta tanah belum tercampur sempurna dan kedalaman yang 2cm. Oleh karena itu, kandungan unsure hara dalam tanah sangat terbatas dan berkurang, yang menyebabkan pertumbuhan tanaman jagung terhambat.
Faktor yang menyebabkan berat segar menghasilkan berat terbaik, misalkan saja media tanam dan kedalaman tanam adalah faktor yang turut menentukan pertumbuhan tanaman dan hasil tanaman. Media tanam yang baik akan sangat diperlukan untuk pertumbuhan tanaman dan hasil tanaman. Pada media tanam yang mengandung banyak unsur hara yang dibutuhkan tanaman maka pertumbuhan dan hasil tanaman akan baik sebaliknya jika media tanam tidak menyediakan unsur yang dibutuhkan tanaman, maka tanaman akan terhambat pertumbuhan serta hasilnya juga kurang memuaskan dan berat segarnya pun tidak menghasilkan berat terbaik. Kedalaman tanam juga dapat mempengaruhi pertumbuhan serta hasil. Kedalaman tanam tergantung dari macam perkecambahan untuk benih dengan keping (cotyledonae) yang muncul ke permukaan tanah, maka penanaman yang dilakukan adalah penanaman dangkal. Kedalaman tanam berhubungan dengan kadar oksigen (O2) karena oksigen akan berkurang sesuai kedalaman dan benih memerlukan oksigen untuk hidup.
Berat kering brangkasan dan berat segar brangkasan sebenarnya saling berkesinambungan. Apabila berat segar brangkasan memberikan hasil yang terbaik, maka berat kering brangkasan pun akan memberikan hasil yang terbaik pula. Hal ini disebabkan karena saat pengovenan yang dilakukan selama 24 jam atau 1 hari dengan suhu 900 C ini yang susut adalah kandungan airnya saja.
Dari hasil perhitungan brangkasan segar dan brangkasan kering  diperoleh hasil bahwa berat brangkasan segar lebih banyak daripada berat kering brangkasan. Berat brangkasan segar setelah di oven hasilnya sangat berbeda jauh, yakni menyusut lebih dari 60% berat brangkasan segar. Yang berarti berbeda sangat nyata, sehingga dapat diketahui bahwa setiap perlakuan sangat berpengaruh pada pertumbuhan tanaman.


F.     Kesimpulan dan Saran
1.     Kesimpulan
Berdasarkan praktikum Dasar Agronomi dengan judul “Kedalaman dan Media Tanam” ini dan analisis hasil percobaan yang kami lakukan, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
a.       Media tanam merupakan salah satu faktor penting dalam pertumbuhan dan hasil tanaman
b.      Hasil tanaman tergantung pada tipe perkecambahan dan kandungan air serta oksigen pada media tanam
c.       Media tanam yang paling baik dari praktikum ini adalah tanah dan dengan kedalaman 1cm.
d.      Hasil berbeda dari setiap kelompok dengan perlakuan yang sama terjadi karena pengaruh faktor lain, misalnya intensitas penyiraman dan perawatan tanaman.

2.     Saran
Berdasarkan hasil praktikum Dasar Agronomi dengan judul “Kedalaman dan Media Tanam” yang telah dilakukan, penulis menyarankan :
a.        Pada saat mencampur media tanah dengan pupuk kompos dengan perbandingan yang telah ditentukan sebaiknya seluruh tanah telah bercampur sempurna dengan pupuk kompos.
b.       Perawatan yang meliputi penyiraman hendaknya dilakukan secara rutin setiap hari agar pertumbuhan tanaman bisa maksimal.



DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2010. Pemupukan pada Tanaman. http://www.kebonkembang.com/serba-serbi-rubrik-44/178-pupuk-kontroversi-seputar-pupuk-a-pemupukan-tanaman.html. Diakses pada hari Kamis tanggal 7 Juni 2012 pada pukul 11.30 WIB.
Foth, Henry D. 2006. Fundamentals of Soil Science, Sixth Edition. Erlangga. Jakarta
Hidajat, A. 2000. Pedoman Bertani di Rumah Kaca. Vol V. Erlangga. Jakarta.
Kristina. D. 1996. Budidaya Pertanian. Jurnal Tropika.
Sutomo, Hadi. 2005. Pedoman Bertanam Sayuran Dataran Rendah. UGM Press. Yogyakarta
Subroto, H. dan Awang Yusrani. 2005. Kesuburan dan Pemanfaatan Tanah. Bayumedia Publishing. Malang.
Sumiati. 2000. Bahan Kuliah Pengantar Agronomi. Proyek Peningkatan Perguruan Tinggi. Bogor.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar