Senin, 21 Juli 2014

Laporan Persemaian - Dasar Hortikultura



ACARA I
PERSEMAIAN
A.  Pendahuluan
1.   Latar Belakang
     Tanaman sayuran dibudidayakan dengan dua macam cara yaitu secara langsung dan tidak langsung atau persemaian. Persemaian merupakan suatu proses menyiapkan bibit tanaman baru sebelum ditanam pada lahan sesungguhnya. Benih tanaman disemaikan pada suatu tempat berlebih dahulu hingga pada usia tertentu baru dipindahkan ke lahan. Penyemaian ini sangat penting, terutama pada benih tanaman yang halus dan tidak tahan terhadap faktor-faktor luar yang dapat menghambat proses pertumbuhan benih menjadi bibit tanaman.
Pemilihan benih yang tepat menjadi hal yang sangat penting karena ini sangat erat hubungannya dengan kualitas tanaman yang akan kita rawat nantinya. Oleh karena itu kita harus teliti dalam hal memilih benih. Benih yang akan kita tanam harus sesuai dengan kondisi cuaca, ketinggian tanah dari permukaan laut, musim, kelembaban dan lain sebagainya. Hal itu dilakukan untuk menunjang keberhasilan budidaya tanaman yang mampu menghasilkan keuntungan lebih nantinya.
Cara menaman benih langsung dibedengan adalah benih harus disemai (ditanam) dengan jarak tanam yang dianjurkan dan pada kedalaman yang sesuai. Jarak tanam benih yang tetap merupakan bagian dari budidaya yang baik dan sedikit kehati-hatian. Dalam kegiatan ini akan membantu dalam penyiangan dan kegiatan-kegiatan lain. Jumlah benih yang disebar dalam satu lubang akan tergantung dari daya tumbuh (viabilitas) benih dan pada spesies yang ditanam, untuk banyak spesies 2 benih per lubang adalah ideal.
Tempat persemaian benih hendaknya bisa mendapatkan sinar matahari tetapi tidak secara langsung dan juga hendaknya tidak terkena hujan secara langsung, maka tempat persemaian yang ideal harus diberi naungan. Namun dalam praktikum kali ini menggunakan perlakuan penyemaian benih dengan perlakuan dan tanpa perlakuan. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui efektivitas daya kecambah dan kecepatan berkecambah benih pada benih sayuran yang disemai.
2.   Tujuan Praktikum
Praktikum tentang persemaian memiliki tujuan:
a.    Mengenal serta mempelajari cara-cara pembuatan persemaian.
b.   Menyemaikan beberapa macam benih sayuran.
c.    Mengetahui efektivitas daya kecambah dan kecepatan berkecambah pada sayuran.


B.  Tinjauan Pustaka
1.   Persemaian Cabai (Capsicum annum)
Cabai merupakan terna tahunan yang tumbuh tegak dengan batang berkayu, banyak cabang, serta ukuran yang mencapai tinggi 120 cm dan lebar tajuk tanaman hingga 90cm. Umumnya, daun cabai berwarna hijau muda sampai hijau gelap, tergantung varietas. Daun cabai yang ditopang oleh tangkai daun mempunya itulang menyirip. Daun cabai berbentuk bulat telur, lonjong, ataupun oval dengan ujung yang meruncing, tergantung spesies dan varietasnya. Bunga cabai keluar dari ketiak daun dan berbentuk seperti terompet. Bunga cabai merupakan bunga lengkap yang terdiri atas kelopak bunga, mahkota bunga, benang sari, dan putik. Bunga cabai juga berkelamin dua, karena benang sari dan putik terdapat dalam satu tangkai. Bentuk buah cabai berbeda-beda, dari cabai keriting, cabai besar yang lurus dan bisa mencapai ukuran sebesar ibu jari, cabai rawit yang kecil-kecil tapi pedas, cabai paprika yang berbentuk seperti buah apel dan bentuk-bentuk cabai hias lain yang banyak ragamnya
(Suratiyah 2009).
Budidaya cabai rawit, biji atau benih dapat langsung ditanam di kebun atau disemaikan terlebih dahulu. Namun, sebaiknya biji disemaikan terlebih dahulu di tempat persemaian. Penanaman biji cabai rawit di kebun secara langsung memiliki resiko tingkat kerusakan yang tinggi dan tanaman yang baru tumbuh kurang kuat terhadap pengaruh lingkungan atau cuaca yang ekstrim, sehingga banyak tanaman (bibit) yang mati. Penyemaian benih terlebih dahulu akan menekan tingkat kerusakan benih atau bibit sampai sekecil mungkin (Cahyono 2003).
Cara persemaian itu bermacam-macam ada yang dipakai kotak persemaian, persemaian lapangan, kantung plastik (polibag) dan sebagainya. Tanah yang dipakai untuk persemaian, pakailah tanah yang subur dan bebas dan hama dan penyakit. Tanah yang subur yaitu tanah yang faktor Fisik, Kimia dan biologisnya baik. Apabila cara persemaian itu dengan kantong plastik (polibag), maka lebih baik mencampur tanah dengan pupuk kandang atau kompos yang telah jadi tanah tidak panas, kalau perlu bisa dicampur dengan pasir sedikit supaya tanah menjadi gembur dan setiap polibag diisi dengan 1 atau 2 biji cabai
(Sunarjono 2004).
Kebanyakan spesies biji sayuran yang disebar langsung, perendaman dalam air Selama beberapa jam akan mempercepat keberhasilan tumbuh sampai tiga hari, ini disebabkan karena didalam tanah diperlukan waktu yang lebih lama bagi benih untuk mengimbibisi air yang cukup untuk perkecambahan. Sesudah perendaman benih harus dikeringkan permukaanya dan segera disebar sebelum mengering. Namun membiarkan benih terendan terlalu lama (lebih dari sekitar delapan jam), akan mengurangi perkecambahan dan keberhasilan persemaian, bahkan benih dapat mati (Chin dan Harm 2002).
Tindak lanjut dari penyemaian adalah penanaman. Penanaman cabai sebaiknya dilakukan saat tanah lembab dan tidak becek supaya akar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Bibit yang sudah siap ditanam, diambil dan diletakkan dalam lubang tanah. Selanjutnya bibit dan tanahnya dilepaskan dari polibag dengan cara menggunting polibag tersebut. Setelah itu, bibit dan tanahnya dimasukkan ke dalam  lubang tanah yang tersedia, kemudian bibit tersebut ditutupi tanah dengan tanah sekitar lubang, selanjutnya tanah ditekan dengan tangan agar padat. Pemeliharaan tanaman diperlukan agar tanaman bisa tumbuh subur berproduksi secara maksimal, dan tidak gampang sakit. Pemeliharaan dari tanaman cabai meliputi pemupukan, penyiangan, penyiraman dan penambahan ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) pada cabai (Suwandi dan Nurtika 2000).
2.   Persemaian Terong (Solanum melongena)
Bibit memegang peranan yang penting dalam melakukan budidaya pertanian, dengan benih yang sehat dan bagus dimungkinkan akan mempermudah kita dalam perawatan dan sekaligus merupakan modal untuk mendapatkan tanaman yang sehat dapat berproduksi optimal. Bibit yang jelek tidak akan menghasilkan tanaman yang mampu berproduksi bagus di lapangan dan kalau pun bisa akan memerlukan perawatan yang lebih. Oleh karena itu pembibitan merupakan kunci awal keberhasilan dalam budidaya pertanian. Ciri-ciri bibit yang bagus adalah sehat, kokoh, kuat dan proporsional (Tohari 2012).
Terung (Solanum melongena) merupakan tanaman setahun berjenis perdu yang dapat tumbuh hingga mencapai tinggi 60-90 cm. Daun tanaman ini lebar dan berbentuk telinga. Bunganya berwarna ungu dan merupakan bunga yang sempurna, biasanya terpisah dan terbentuk dalam tandan bunga. Manfaat buah terung sudah sangat dikenal masyarakat dan banyak digunakan sebagai lalap (sayuran segar) atau disayur. Hal ini disebabkan oleh rasa buah terung yang enak dan banyak mengandung vitamin. Syarat tumbuh terung sangat mudah dibiakkan karena ia dapat hidup di daerah dataran rendah hingga dataran tinggi sekitar 1.200 m dpl. Namun demikian, tanah itu harus memiliki cukup banyak kandungan bahan organik dan berdrainase baik. Selain itu, pH tanah harus berkisar antara 5-6 agar pertumbuhannya optimal (Nazaruddin 2000).
Benih terung sebaiknya disemaikan dulu sebelum ditanam pada lahan yang tetap. Pembuatan bedengan dan cara penyemaian terung tidaklah berbeda seperti perlakuan pada tomat. Hanya saja kebutuhan benih terung berbeda dengan benih tomat. Untuk lahan seluas 1 ha, diperlukan 500g benih terung dengan daya kecambah 75070. Bibit terung berada di persemaian hingga berumur kurang lebih 1,5 bulan atau kira-kira telah berdaun empat helai. Setelah itu bibit terung sudah siap untuk dipindahkan di lahan penanaman (Maws 2000).
Persemaian dilakukan 25 hari sebelum masa tanam, persemaian dilakukan pada lahan yang sama atau berdekatan dengan petakan sawah yang akan ditanami. Hal ini dilakukan agar bibit yang sudah siap dipindah, waktu dicabut dan akan ditanam mudah diangkut dan tetap segar. Bila lokasi jauh maka bibit yang diangkut dapat stress bahkan jika terlalu lama menunggu akan mati (Diniyati 2011).
Lahan penanaman benih terung dari langkah selanjutnya dalam persemaian adalah dengan menyiapkan lahan dan diolah terlebih dahulu, kemudian di bentuk bedengan. Bedengan dibuat selebar antara 1,2-1,4cm dan panjang sesuai lahan. Kemudian bedengan dibuatkan lubang tanam masing-masing berjarak sekitar 60cm. Jarak antarbarisan lubang tanam 70-80cm. Setiap bedengan memuat dua barisan tanaman. Di antara bedengan, haruslah dibuat parit yang berfungsi sebagai jalan dan pembuangan air saat musim hujan. Hal ini penting dilakukan karena terung tidak tahan genangan air. Selanjutnya setiap lubang tanam diberi pupuk kandang atau kompos sebanyak 0,5-1kg agar tanah cukup mengandung bahan organik. Setelah lahan disiapkan, sebaiknya bibit yang telah siap tanam dimasukkan secara tegak lurus ke dalam lubang tanam. Kemudian di sekitar lubang tanam disirami air agar tanah cukup lembap, tetapi tidak sampai tergenang
(Hanum 2008).


C.  Metodelogi Praktikum
1.   Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum tentang persemaian dilaksanakan pada hari Senin tanggal 19 November 2012 pukul 09.00WIB sampa pukul 10.00WIB bertempat di Green house Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2.   Alat
a.    Cethok
b.   Polybag
c.    Paranet
d.   Gembor
3.   Bahan
a.    Benih cabai (Capsicum annum)
b.   Benih terong (Solanum Melongene)
c.    Tanah
d.   Pupuk kandang
4.   Cara kerja
a.    Menyiapkan polybag dengan media campuran tanah dan pupuk kandang.
b.   Menyirami media tanam hingga kondisi lapang.
c.    Memasukkan benih ke dalam polybag.
d.   Meletakkan polybag sesuai perlakuan (dengan naungan dan tanpa naungan).
e.    Melakukan penyiraman tergantung kondisi media tanam.
f.    Melakukan pengamatan kecepatan kecambah dan daya kecambah.


D.  Hasil Pengamatan dan Pembahasan
1.   Hasil Pengamatan
Tabel 1.1 Persemaian Tanaman Terong (Solanum Melongene) dengan Naungan
Jenis Sayuran
KK (hari)
DK (hari)
1
2
3
4
5
6
7
Terong (Solanum Melongene)
0
0
0
0
11
11
12
Sumber: Laporan Sementara
Tabel 1.2 Rekapitulasi Data Kelompok
Kelompok
Jenis Sayuran
Perlakuan
KK (%)
DK (%)
1
Cabai
Tanpa Naungan
0
85
2
Cabai
Tanpa Naungan
0
60
3
Terong
Tanpa Naungan
0
60
4
Terong
Tanpa Naungan
45
85
5
Cabai
Dengan Naungan
65
95
6
Cabai
Dengan Naungan
55
95
7
Cabai
Dengan Naungan
0
80
8
Terong
Dengan Naungan
0
60
9
Terong
Dengan Naungan
0
100
Sumber: Hasil Rekapitulasi Data Kelompok
Perhitungan Kecepatan Kecambah dan Daya Kecambah
Kecepatan Kecambah =
                                     =
Daya Kecambah         =
                                     =  60%
Table 1.3 Hasil Persemaian Benih Terong (Solanum Melongene)
Jenis sayuran
Terong awal persemaian
Terong akhir persemaian
Terong (Solanum Melongene)
DSC06088.JPG
Gambar 1.1 Terong awal sebelum dinaungi

DSC06090.JPG
Gambar 1.2 Terong awal naungan
DSC06201.JPG
Gambar 1.3 Terong akhir naungan
2.   Pembahsan
Persemaian hanya dilakukan pada tanaman yang mempunyai karakteristik biji kecil atau lembut yang biasanya hanya dimiliki oleh tanaman sayuran. Bertanam sayuran dapat dilakukan dengan cara menanam benih secara langsung pada tanah yang telah dipersiapkan. Pesemaian mempunyai tujuan mengenal serta mempelajari cara-cara pembuatan pesemaian dan menyemaikan serta menumbuhkan beberapa macam benih sayuran.
Berdasarkan hasil praktikum penyemaian benih sayuran bahan yang disemaikan adalah tanaman sayuran cabai yang ditanam pada media campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1. Benih cabai yang ditanam berjumlah 20 benih, tujuannya agar mudah dalam menghitung persentase kecepatan kecambah dan daya kecambah. Kecepatan kecambah adalah banyaknya benih yang tumbuh pada hari ke-4 dari semua jumlah benih yang dikecambahkan, sedangkan daya kecambah benih adalah kemampuan benih untuk mampu berkecambah dari semua benih yang dikecambahkan.
Pengamatan kecepatan kecambah dan daya berkecambah dari benih yang disemai dilakukan dengan dua perlakuan yakni dengan naungan dan tanpa naungan. Berdasarkan hasil pengamatan penyemaian cabai dengan naungan mendapat hasil KK sebesar 0% dan DK 60%. Hal ini artinya pada biji cabai yang disemai belum memiliki kecepatan untuk berkecambah di hari ke-4 setelah tanam tetapi memiliki daya berkecambah yang kuat pada hari ke-7 setelah tanam.
Menurut hasil rekapitulasi data kelompok, biji yang disemai dengan naungan memiliki kecepatan kecambah lebih besar daripada biji yang disemai tanpa naungan. Biji terong dan cabai yang disemai juga memiliki perbedaan KK dan DK. Biji terong yang disemai tanpa naungan memiliki KK dan DK yang lebih kecil dibanding biji terong yang disemai dengan naungan. Pada cabai yang disemai tanpa naungan juga memiliki KK dan DK yang lebih kecil dibanding biji cabai yang disemai dengan naungan.
Tanaman yang tumbuh dengan intensitas cahaya nol persen akan mengakibatkan pengaruh yang berlawanan yaitu suhu rendah, kelembaban tinggi, evaporasi dan transportasi yang rendah. Tanaman cukup mengambil air, tetapi proses fotosintensis tidak dapat berlangsung tanpa cahaya matahari serta pengaruh cahaya terhadap pembesaran sel dan diferensiasi sel berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi, ukuran daun serta batang. Mengendalikan intensitas cahaya agar optimum bagi tanaman merupakan hal yang sulit. Rekayasa lingkungan untuk mendapatkan kondisi cahaya yang sesuai dapat dilakukan dengan sistem perlampuan. Hal ini umum dilakukan jika intensitas cahaya alami yang tersedia kurang atau tidak ada. Namun perlu diperhatikan bahwa tidak semua tanaman pertanian menyukai intensitas cahaya tinggi, ada tanaman pertanian yang tumbuh subur dengan naungan, atau tanaman pertanian dinaungi untuk tujuan tertentu dan dapat subur tanpa naungan. Selain intensitas, durasi ketersediaan cahaya juga merupakan hal yang penting. Sebagian tipe tanaman dipengaruhi oleh lamanya penyinaran agar berbunga atau menghasilkan hasil yang baik, namun ada juga yang tidak (Hughes 2000).
Benih dapat berkecambah bila tersedia faktor-faktor pendukung selama terjadinya proses perkecambahan. Perkembangan benih dipengaruhi oleh faktor dalam (internal) dan faktor luar (eksternal). Faktor dalam yang mempengaruhi perkecambahan benih antara lain tingkat kemasakan benih, ukuran benih, dormansi dan penghambat perkecambahan berupa kehadiran inhibitor baik dalam benih maupun di permukaan benih. Faktor luar utama yang mempengaruhi perkecambahan diantaranya air, suhu, cahaya, oksigen dan medium (Irwanto 2012).


E.  Kesimpulan dan Saran
1.   Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum Persemaian dapat ditarik kesimpulan bahwa :
a.      Persemaian benih hanya dilakukan pada tanaman yang mempunyai biji kecil.
b.     Jumlah KK pada cabai yang disemai dengan naungan adalah 0% dan jumlah DK sebesar 60%.
c.      Cabai dan terong yang disemai dengan naungan memiliki jumlah KK dan DK yang lebih besar dibanding jumlah KK dan DK tanaman cabai dan terong  yang disemai tanpa naungan.
d.     Faktor yang mempengaruhi perkecambahan terbagi menjadi dua yakni faktor internal dan faktor eksternal.
2.   Saran
Berdasarkan hasil praktikum Persemaian dapat diberikan saran sebagai berikut :
a.      Sebelum membagi benih untuk disemai hendaknya mengetahui terlebih dahulu masa dormansi dari benih yang akan menunjang perkecambahan benih.
b.     Pemilihan media dalam melakukan penyemaian hendaknya perlu memperhatikan faktor-faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban, sinar matahari dan lain sebagainya serta pemilihan media dan tempat persemaian harus bersih dari cendawam, mikroorganisme dan lain-lainnya.




DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, B 2003. Teknik Budidaya Cabai Rawit dan Analisis Usaha Tani. Yogyakarta: Kanisius.
Chin, E. dan Harm 2002. Seed Technologi In the Tropic. Universitas Pertanian. Serdang. Malaysia.
Diniyati, Dian 2011. Pengembangan Hutan Terung. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan. 8 (1).
Hanum, Chairani 2008. Teknik Budidaya Tanaman Jilid 2. Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
Hughes .R 2000. Climatic Factors in Relation to Growth and Survival of Pasture Plants. J.Britt .grassal. Soc.20:263-272.
Irwanto 2012. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkecambahan Benih. http://www.irwantoshut.net/seed_viability_factor.html. Diakses pada tanggal 10 Desember 2012 pukul 05.00WIB.
Maws, Tony 2000. Eggplant. Journal of Agricultural Research. 144 (1).
Nazaruddin 2000. Budidaya ddan Pengaturan Panen sayuran Dataran Rendah. Jakarta: Penebar Swadaya.
Sunarjono, H.Hendro 2004. Bertanam 30 Jenis Sayuran. Jakarta: Penebar Swadaya.
Suratiyah, K 2009. Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya.
Suwandi, N., Nurtika, S. Sahat 2000. Bercocok Tanam Sayuran Dataran Rendah. Balai Penelitian Hortikultura Lembang dan Proyek ATA 395. 3 (6): 1-3.
Tohari, Yusuf 2012. Membuat Persemaian atau Pembibitan. http://tohariyusuf. blogspot.com/2012/08/membuat-persemaian-atau-pembibitan.html. Diakses pada tanggal 10 Desember 2012 pukul 5.30WIB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar