Senin, 21 Juli 2014

Laporan Cangkok - Dasar Hortikultura



ACARA III
CANGKOK
A.    Pendahuluan
1.     Latar Belakang
Tanaman merupakan salah satu organisme yang mampu melakukan pembiakan guna mempertahankan diri dan memperbanyak diri. Dalam kehidupan sehari-hari tanaman melakukan beberapa aktivitas yang berguna dalam rangka mempertahankan hidup, seperti bernapas, berfotosintesis, respirasi, dan berkembang biak. Awal perkembangbiakan umumnya ditandai dengan perkecambahan, tentunya didalamnya terdapat struktur yang cukup rumit. Perkembangbiakan pada setiap tanaman tidaklah sama. Ada beberapa spesies tanaman yang berkembangbiak dengan cara generatif dan ada juga yang berkembangbiak dengan cara vegetatif.
Pembiakan pada tanaman umumnya dapat terjadi secara alami maupun dengan bantuan manusia (terutama untuk tanaman-tanaman yang dibudidayakan dan diambil nilai ekonomi dan artistiknya). Pada pembiakan dengan cara vegetative sebagian besar dilakukan oleh manusia agar diperoleh anakan yang sesuai dengan harapan. Tanaman untuk memperbanyak jenisnya harus melakukan perkembangiakan agar terjadi perbanyakan atau agar tidak terjadi kepunahan. Perkembangbiakan pada tanaman yang dibantu oleh manusia bisa disebut pembiakan tanaman. Salah satu pembiakan tanaman adalah pembiakan dengan mencangkok yang biasa disebut air layerage atau disebut juga bumbun.
Dalam pertanian mencangkok merupakan salah satu upaya pembiakan tanaman. Pembiakan tanaman dapat dibedakan menjadi dua yaitu secara vegetatif dan generatif. Tehnik perbanyakan vegetatif dengan cara pelukaan atau pengeratan cabang pohon induk dan dibungkus media tanam untuk merangsang terbentuknya akar. Pada tehnik ini tidak dikenal istilah batang bawah dan batang atas. Teknik ini relatif sudah lama dikenal oleh petani dan tingkat keberhasilannya lebih tinggi, karena pada cara mencangkok akar tumbuh ketika masih berada di pohon induk. Mencangkok adalah suatu teknik perbanyakan tanaman dengan cara merangsang timbulnya perakaran pada cabang pohon sehingga dapat ditanam sebagai tanaman baru. Cara merangsang timbulnya akar tersebut adalah dengan mengupas kulit luar cabang selanjutnya cabang yang terkupas tadi diberi media tanah.
2.     Tujuan Praktikum
Praktikum acara cangkok bertujuan untuk mengetahui dan melatih pelaksanaan teknik-teknik mencangkok pada tanaman buah.


B.    Tinjauan Pustaka
Rambutan (Nephelium lappaceum L.), merupakan tanaman tumbuh dan berbuah baik di dataran rendah hingga ketinggian 500 m dpl dengan tipe iklim basah. Curah hujan 1.500-3.000 mm per tahun. Tanah yang gembur dan subur lebih disenangi. Tanaman ini relatif tahan pada lahan gambut yang masam dan tanah latosol cokelat dengan pH tanah 4-6,5. Suhu udara 22-35° C. Tipe tanah latosol kuning sangat disenangi. Hembusan angin yang kering, biasanya di pantai, dapat menyebabkan tepi-tepi daun berwarna kecokelatan seperti terbakar. Namun, untuk merangsang pembungaan diperlukan musim kemarau (kering) antara 3-4 bulan. Hujan yang jatuh pada saat tanaman sedang berbunga menyebabkan banyak bunga berguguran dan mendorong timbulnya serangan penyakit mildu tepung (Oidium sp.). Bila kemarau berkepanjangan, buah menjadi kurang berisi (kerempeng) dan bijinya tidak berkembang (kempis, rudimenter) (Anonim 2012).
Saat ini durian lokal mulai diincar oleh konsumen dan rasanya tak kalah dengan durian Montong dari Thailand.  Durian lokal sangat bervariasi jenisnya dengan rasa bervariasi pula mulai dari manis sekali tanpa rasa pahit, manis dengan rasa pahit, aroma buah tajam-sedang dan tidak beraroma, daging buah kuning-kuning keputihan , putih.  Selera konsumen juga berbeda antara konsumen dalam negeri dan luar negeri.  Konsumen dalam negeri lebih menyukai durian dengan rasa manis sedikit pahit atau pahit dan aroma buah yang tajam.   Sedangkan konsumen luar lebih menyukai durian dengan rasa manis tanpa aroma (Syariefa 2003).
Manfaat durian selain sebagai makanan buah segar dan olahan lainnya, terdapat manfaat dari bagian lainnya, yaitu : Tanamannya sebagai pencegah erosi di lahan-lahan yang miring, Batangnya untuk bahan bangunan/perkakas rumah tangga. Kayu durian setaraf dengan kayu sengon sebab kayunya cenderung lurus, Bijinya yang memiliki kandungan pati cukup tinggi, berpotensi sebagai alternatif pengganti makanan (dapat dibuat bubur yang dicampur daging buahnya), Kulit dipakai sebagai bahan abu gosok yang bagus, dengan. cara dijemur sampai kering dan dibakar sampai hancur Poerwanto et al, 2000).



C.    Metodelogi Praktikum
1.     Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum acara Cangkok dilaksanakan pada hari Senin, 3 Desember 2012 di Jumantono Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2.     Alat
a.      Pisau
b.     Tali rafia
3.     Bahan
a.      Tanah
b.     Plastik
c.      Air
d.     Pupuk kandang
4.     Cara kerja
a.      Memilih cabang yang sehat dan kuat atau sudah berkayu. Ukuran diameternya sekitar 0,5-2 cm, tidak lebih kecil dari ukuran pensil.
b.     Menyayat cabang dengan pisau secara melingkar dan dibuat memanjang ke bawah sepanjang 3-5 cm atau dua kali diameter cabang.
c.      Mengellupas kulit higga bagian kambium yang seperti lendir tampak jelas. Kambium ini dihilangkan dengan cara dikerik dengan mata pisau sehingga bersih atau kering.
d.     Menutup bekas sayatan dengan media cangkok, media diatur penempatannya agar rata menutupi luka keratin sampai melewati luka keratin bagian atas (1-2 cm), kemudian membungkus dengan tanah dan plastik dan ditali dengan raffia.


D.    Hasil Pengamatan dan Pembahasan
1.     Hasil Pengamatan
Tabel 3.1 Hasil Pengamatan Cangkok pada tanaman Rambutan (Nephelium lappaceum L.) dan tanaman Durian ()
No
Komoditas
Foto Awal Cangkok
Foto Hasil Cangkok
Keterangan
1
tanaman rambutan (Nephelium lappaceum L.)





Gambar 3.1 Awal Cangkok ……..
Gambar 3.2 Hasil Cangkok ……..
2.




sesuaikan
sesuaikan
Sumber : Laporan Sementara
2.     Pembahasan
1.     Pengertian Cangkok
Pembiakan tanaman dengan cara mencangkok ialah mengusahakan perakaran dari suatu cabang tanaman tanpa memotong cabang tanaman tersebut dari pohon induknya.  Beberapa jenis tanaman buah-buahan di Indonesia dapat dikembangkan dengan cara pencangkokan ini.  Caranya ialah dengan mengerat batang atau cabang tanaman yang akan dicangkok secara melingkar di dua tempat yang jaraknya 5 -10 cm.  Kulit pada bagian yang kita kerat tersebut dikupas sampai pada bagian kayunya,  sehingga lapisan kambiumnya hilang sama sekali.  Selanjutnya pada bagian yang kita kupas tersebut ditutup dengan tanah (sebaiknya tanah campur pupuk kandang), kemudian dibalut dengan sabut kelapa atau plastik.  Waktu yang baik untuk mencangkok adalah pada musim hujan, namun bisa juga dilakukan pada musim kemarau asal selalu disiram dengan air untuk mencegah kekeringan. (Nagaraja 2008).
2.     Syarat tanaman yang dicangkok
Dalam mencangkok umumnya digunakan cabang orthotrof yang tidak telalu tua maupun terlalu muda yang umumnya berwarna hijau kecoklat-coklatan. Bahan untuk pembungkus cangkokkan biasanya digunakan sabut kelapa atau karung goni untuk membungkus tanah sebagai media perakaran. Supaya cangkokkan dapat berhasil dengan baik, dengan waktu yang relatif cepat dan ekonomis maka sabut kelapa atau karung goni diganti dengan plastik. Medium perakaran tanah dapat diganti dengan gambut atau lumut. Lumut yang digunakan sebagai media tanam mempunyai sifat selain anti septik juga dapat menahan kandungan air yang cukup tinggi, sehingga dalam pelaksanaan pencangkokkan tidak perlu terlalu sering disiram air. Mengenai kulit bagian atas yang diiris sebaiknya dioles dengan Rootone F yang berguna untuk mempercepat dan memperbanyak keluarnya akar (Samson 2000).
3.     Tata Cara mencangkok
Langkah-langkah untuk mencangkok antara lain : Pertama, pastikan bahwa induk semang tanaman adalah dari varietas unggul, agar hasilnya nanti adalah bibit unggul juga. Kedua, tentukan cabang yang lurus dan cukup besar agar nanti pohon cukup kuat untuk mandiri. Kira-kira sebesar pergelangan tangan anak atau berdiameter 3 cm. Ketiga, mengerat pangkal cabang menggunakan pisau. Kerat sekali lagi dari keratan pertama berjarak sekitar satu kepalan tangan atau 5 cm. Selanjutnya, membuang kulit antara keratan tadi. Mengerok lendir/getah sampai bersih dan kayu tidak licin lagi setelah kulit kayu bersih. Mengambil serabut kelapa atau plastik secukupnya dan mengikat bagian bawah dulu. Membentuk sedemikian rupa sehingga membentuk penampung, isi dengan campuran tanah yang sudah dipersiapkan. Isian harus cukup padat dengan cara ditekan-tekan. Mengikat bagian atas serabut atau plastik dan pastikan campuran tanah tertutup rapat. Membuat lubang-lubang untuk pembuangan air berjarak 1 cm antar lubangnya (jika medianya adalah plastik). Menyiram air sampai air menetes dari cangkokan. Tunggulah sekitar 4-6 minggu sebelum cangkokan siap dipisahkan dari induknya. Ingat selalu untuk menyirami cangkokan setiap pagi dan sore hari. Untuk memastikan bahwa tanaman yang dicangkok sudah jadi, check apakah sudah keluar akar yang cukup banyak, biasanya sampai menembus plastik atau serabut pembungkus. Jika kondisi ini sudah memenuhi syarat, potong tanaman dari induknya. Sebaiknya memotong menggunakan gergaji agar tanaman tidak rusak. Kurangi daun dan ranting dan menyisakan beberapa lembar daun saja (Nuanyar 2007).
4.     Penjelasan Media yang digunakan saat Praktikum
Alat-alat yang diperlukan untuk mencangkok yaitu : Pisau yang kuat dan tajam, Serabut kelapa atau plastik kresek, Tali atau karet ban dalam bekas, Paku panjang 10 cm, Ember atau apa saja media lain utk menampung air, Kursi/tangga/stegger, jika cabang terlalu tinggi, Campuran tanah subur : pupuk kandang : serabuk gergaji perbandingan 1:1:1 (Nuanyar 2007).
5.     Ciri-ciri keberhasilan cagkok dan jelaskan proses munculnya akar
6.     Faktor yang mempengaruhi keberhasilan cangkok
Teknik perbanyakan vegetative, dengan cara pelukaan atau pengeratan cabang pohon induk dan dibungkus media tanam untuk merangsang terbentuknya akar. Pada teknik ini tidak ada batang bawah dan batang atas. Teknik ini relative sudah dilakukan oleh petani dan keberhasilannya lebih tinggi, karena pada proses mencangkok akar akan tumbuh ketika masih berada di pohon induk. Produksi dan kualitas buahnya akan sama persis dengan tanaman induknya. Tanaman asal cangkok bisa ditanam pada tanah yang letak air tanahmya tinggi atau di pematang kolam ikan. Kerugian yang diperoleh dari mencangkok adalah dalm pembibitannya. Pada musim kemarau panjang tanaman tidak tahan kering. Tanaman mudah roboh bila ada angin kencang karena tidak berakar tunggang. Pohon induk tajuknya menjadi rusak karena banyak cabang yang dipotong. Pada satu pohon induk kita hanya bisa mencangkok beberapa batang saja, sehingga perbanyakan tanaman dalam jumlah besar tidak bisa dilakukan dengan cara ini. Media untuk mencangkok bisa menggunakan serbuk sabut kelapa ataupun cacahan sabut kelapa. Campuran kompos/pupuk kandang dengan tanah (1:1) juga bisa digunakan. Kalau disekitar kebun ada tanaman bambu, maka tanah di bawah bamboo yang telah bercampus seresah daun bambu dan sudah membusuk bisa juga digunakan untuk media cangkok. Waktu pelaksanaan sebaiknya pada awal musim hujan, sehingga cangkokan tidak akan kekeringan. Selain itu dengan mencangkok di awal musim hujan akan tersedia waktu untuk menanam hasil cangkokan pada musim itu juga (Herawan 2003).


E.    Kesimpulan dan Saran
1.     Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum acara Cangkok dapat ditarik kesimpulan bahwa :
a.    Mencangkok adalah suatu teknik perbanyakan tanaman dengan cara merangsang timbulnya perakaran pada cabang pohon sehingga dapat ditanam sebagai tanaman baru mencangkok merupakan salah satu upaya pembiakan tanaman.
b.   Penutup yang digunakan dalam pencangkokkan ini juga berpengaruh pada tumbuhnya akar pada cangkokkan. Penutup yang berasal dari serabut lebih efektif daripada penutup dari plastik karena serabut lebih mudah menahan air yang disiramkan pada cangkokkan sehingga mudah merangsang akar untuk tumbuh.
c.    Pertumbuhan akar cangkokan dapat secara maksimum apabila kondisi media pembalut, bahan pembungkus sesuai dan mendukung untuk melakukan pertumbuhan.
2.     Saran
Berdasarkan hasil praktikum Cangkok dapat diberikan saran sebagai berikut :
a.      Sebaiknya diperhatikan dalam pemilihan batang yang akan digunakan dalam pencangkokan
b.     Sebaiknya selalu diperhatikan kekompakan setiap anggota kelompok dan ketelitian dalam percobaan agar mendapatkan hasil yang maksimal.

a.       
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2012. http://www.iptek.net.id. Diakses pada tanggal 23 Desember 2012.
Herawan, T., 2003. Propagasi Klon Acacia mangium Melalui Kultur Jaringan. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol.1 No. 2. Hal. 43-48. Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Yogyakarta.
Kalie, M. B 2000. Budidaya Rambutan Varietas Unggul. Kanisius: Yogyakarta.
Nagaraja, G.S., B.G. Muthappa Rai dan T.R. Guruprasad 2008. Effect of intermittent mist and growth regulator on propagation of Jasminum grandiflorum by different types of cuttings. Haryana J.Hort. Sci. 20 (3-4) : 183-188.
Nuanyar 2007. Cara Bercocok Tanam. [serial online]. http://nanemeuy.blogspot.com/. (16 Desember 2012).
Poerwanto, R., dan S. Manuwoto.  2000.  Kerangka Acuan Riset Unggulan Strategi Nasional.  Pusat Kajian Buah-buahan Tropika.  IPB.
Pusat Kajian Buah-buahan Tropika.  2000.  Hasil lokakarya RUSNAS.  Pengembangan Buah-buahan unggulan Indonesia.  PKBT IPB.
Samson, J.A 2000. Tropical fruit; The tropical agriculture series of which this volume part. The editorship of Gordin. Wrigley.
Syariefa, E.  2003.Durian lokal diincar.  Trubus 398- XXXIV.  Penebar Swadaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar