I.
KEDALAMAN DAN MEDIA TANAM
A.
Pendahuluan
1.
Latar Belakang
Mempertahankan kesuburan tanah pada tingkat memuaskan dan
pada waktu yang sama juga menghasilkan tanaman yang menguntungkan
merupakan masalah yang tidak mudah. Ia berhubungan dan bergantung
dari berbagai faktor yang berubah-ubah dan bukan sifat kesuburan. Faktor ini secara nyata
menentukan tingkat dari berbagai masalah kesuburan
dan sebaiknya dipengaruhi cara kita mempertahankan kesuburan.
Penanaman benih dapat dilakukan secara
langsung pada tempat penanaman. Namun keadaan lapang, terutama
atmosfer tanah tidak merupakan sistem yang kontinyu, kandungan karbondioksida
lebih besar daripada udara di atas tanah. Karena dekomposisi bahan organik meningkat
menurut kedalaman tanah. Sedangkan kandungan oksigen lebih sedikit daripada
udara dan menurun menurut kedalaman tanah. Oksigen digunakan dalam respirasi
akar dan mikroorganisme. Apabila ditambahkan air ke dalam tanah, maka udara
dalam tanah akan terdesak keluar, sehingga akar kekurangan oksigen.
Variabilitas atmosfer tanah tergantung dari bahan organik, mikroorganisme tanah
dan musim. Air dan mikroorganisme akan berada dalam pori-pori tanah, sehingga
apabila rongga pori dibagian atas tanah hampir penuh (tanah basah/musim hujan)
suplai oksigen kurang, maka penanaman relatif dangkal, sedangkan apabila rongga
pori dibagian atas berisi sedikit jumlah air yang tersedia, suplai air
merupakan faktor pembatas maka penanaman relatif dalam.
Kedalaman tanam
juga tergantung pada tipe perkecambahan dan kandungan air serta oksigen pada
media tanam. Umumnya benih dengan cotyledoneae yang muncul ke atas permukaan
tanah, biasanya memerlukan penanaman dangkal daripada benih yang cotyledoneae
bijinya tertinggal dibawah permukaan tanah.
2. Tujuan
Praktikum tentang kedalaman dan media tanam mempunyai tujuan untuk mengetahui pengaruh kedalaman media tanam
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman.
3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum kedalaman
dan media tanam dilaksanakan pada hari Selasa, 1 Mei 2012 pukul 15.30 WIB
sampai pukul 17.00 WIB bertempat di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
B. Tinjauan Pustaka
Pupuk organik yang berasal dari kotoran hewan disebut sebagai pupuk kandang.
Kandungan unsur haranya yang lengkap seperti natrium (N), fosfor (P), dan
kalium (K) membuat pupuk kandang cocok untuk dijadikan sebagai media tanam.
Unsur-unsur tersebut penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Selain
itu, pupuk kandang memiliki kandungan mikroorganisme yang diyakini mampu
merombak bahan organik yang sulit dicerna tanaman menjadi komponen yang lebih mudah
untuk diserap oleh tanaman (Foth, 2006).
Komposisi kandungan unsur hara pupuk kandang sangat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain jenis hewan, umur hewan, keadaan hewan, jenis makanan,
bahan hamparan yang dipakai, perlakuan, serta penyimpanan sebelum diaplikasikan
sebagai media tanam. Pupuk kandang yang akan digunakan sebagai media tanam
harus yang sudah matang dan steril. Hal itu ditandai dengan warna pupuk yang
hitam pekat. Pemilihan pupuk kandang yang sudah matang bertujuan untuk mencegah
munculnya bakteri atau cendawan yang dapat merusak tanaman
(Subroto dan
Yusrani, 2005).
Kesuburan tanah adalah kemampuan tanah dalam menyediakan nutrisi atau
hara, air, udara, dan kondisi klimatis tanah untuk mendukung pertumbuhan dan
perkembangan tanah secara optimal. Sehingga, tanaman tersebut mampu melakukan
proses fisiologis, vegetatif, dan generatif secara normal. Unsur hara atau
nutrien adalah unsur, zat, atau senyawa yang penting (esensial) bagi tanaman.
Unsur tersebut harus terdapat dan tersedia dalam tanah, terutama pada butir
liat dan air tanah yang tersedia pada pori mikro atau pori kapiler. Selain itu,
udara tanah yang harus terdapat dan tersedia pada pori mikro atau pori aerasi
tanah
(Sutomo, 2005).
Tanah merupakan daerah peralihan antara yang hidup dan yang mati, tempat
tumbuhan menggabungkan energi surya dan karbondioksida dari atmosfer dengan
hara dan air dari tanah menjadi jaringan hidup. Kebanyakan hara terdapat dalam
mineral dan bahan organik dan dalam keadaan demikian tidak larut serta tidak
tersedia bagi tumbuhan. Hara menjadi tersedia melalui pelapukan mineral dan
penguraian bahan organik. Memang jarang tanah yang mampu menyediakan semua
unsur penting selama jangka waktu yang panjang dalam jumlah yang diperlukan
untuk menghasilkan produk yang tinggi (Sumiati, 2000).
Agar kecambah mempunyai vigor dan kecepatan tumbuh yang baik dan
seragam, maka media tanam yang digunakan harus memenuhi beberapa persyaratan.
Madia tanam harus bebas penyakit (steril), yang tidak cepat lapuk, mempunyai
sifat kimia dan fisika yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman
semai, yaitu mengandung unsur hara mikro dan makro esensial, memudahkan akar
untuk menempel, media tanam harus berongga (porous) untuk sirkulasi udara
(Anonim, 2010).
Salah satu faktor yang memegang peranan dalam percobaan rumah kaca
adalah penggunaan tanah yang lebih seragam. Hal tersebut penting agar
data yang digunakan dapat sama. Selain itu juga agar variabel media tanamnya
sama (Hidajat A, 2000).
Tanah adalah sistem hidup yang mengolah setiap pupuk buatan yang
diberikan dalam bentuk tersedia atau tidak tersedia untuk
tanaman. Pengatur utama proses ini adalah bahan organik tanah yang
bertindak sebagai penyangga biologi yang mempertahankan penyediaan hara dalam
jumlah yang cukup dan berimbang untuk tanaman. Penambahan bahan organik
merupakan salah satu tindakan perbaikan lingkungan tumbuh tanaman untuk
meningkatkan atau mengoptimalkan manfaat pupuk. Tanah yang miskin bahan
organik akan berkurang daya penyangga dan keefisienan pupuk karena sebagian
hilang dari lingkungan perakaran (Kristina D, 1996).
Faktor media tanam sangat berpengaruh terhadap ketersediaan pangan yaitu
nutrisi bagi tanaman. Tanaman akan tumbuh dengan baik dan menghasilkan produk
yang diminta jika media tanamnya sesuai dengan persyaratan tumbuh tanaman.
Medium yang baik adalah medium yang dapat merembeskan air yang berlebihan dengan
mudah, dapat menahan air untuk kebutuhan tanaman, subur, gembur, dan terdapat
banyak unsur hara di dalamnya. Media tanam sering sekali diabaikan dalam usaha
pertanian, padahal media tanam adalah pendukung utama terhadap hasil yang
diperoleh (Sutomo, 2005).
C.
Alat, Bahan dan Cara Kerja
1.
Alat
a.
Polybag
b.
Penggaris
c.
Kertas label
d.
Timbangan
e.
Oven
f.
Tugal
2.
Bahan
a.
Benih jagung 5
buah
b.
Kompos
c.
Tanah
d.
Air
3.
Cara Kerja
a.
Menggemburkan
tanah sesuai prosedur pengolahan tanah.
b.
Memasukkan tanah
tersebut bersama kompos sesuai perlakuan masing-masing kelompok (media tanam
tanah) ke dalam polybag.
c.
Mengaduk tanah
dengan rata kemudian membasahi tanah dengan air secukupnya.
d.
Menanam benih
sesuai perlakuan kedalaman tanam.
e.
Memelihara
sampai panen.
D. Hasil Pengamatan
Tabel 1.1 Tinggi Tanaman A2B3
Minggu ke-
|
Ulangan
|
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
1
|
11
|
4,5
|
11
|
15,5
|
0,5
|
2
|
43
|
37
|
41,5
|
39
|
12
|
3
|
51
|
41
|
48
|
52
|
21,5
|
4
|
51,5
|
41,5
|
48,5
|
55,5
|
22,5
|
5
|
42
|
50,5
|
60
|
52,5
|
22,5
|
Sumber : Laporan Sementara
Tabel 1.2 Berat Brangkasan Segar
Komoditi
|
Perlakuan
|
Variabel Pengamatan (gram)
|
||
Daun
|
Batang
|
Akar
|
||
Jagung
|
A2B3
|
7,33
|
8,25
|
5,52
|
Sumber : Laporan Sementara
Tabel 1.3 Berat Brangkasan Kering
Komoditi
|
Perlakuan
|
Variabel Pengamatan (cm)
|
||
Daun
|
Batang
|
Akar
|
||
Jagung
|
A2B3
|
1,37
|
1,08
|
0,82
|
Sumber : Laporan Sementara
E. Pembahasan
Jagung (Zea mays L.)
merupakan salah satu tanaman
pangan dunia yang terpenting, selain gandum
dan padi.
Sebagai sumber karbohidrat
utama di Amerika
Tengah dan Selatan,
jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika
Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia
(misalnya di Madura
dan Nusa Tenggara)
juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber
karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan
ternak (hijauan
maupun tongkolnya),
diambil minyaknya (dari bulir),
dibuat tepung
(dari bulir, dikenal dengan istilah tepung jagung
atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung bulir dan tepung
tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa,
yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural.
Jagung yang telah direkayasa
genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil
bahan farmasi.
Jagung
merupakan tanaman
semusim (annual). Satu siklus hidupnya
diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap
pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Tinggi tanaman jagung
sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1m
sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa
diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. Meskipun
beberapa varietas
dapat menghasilkan anakan (seperti padi), pada umumnya jagung tidak memiliki
kemampuan ini. Bunga
betina jagung berupa "tongkol" yang terbungkus oleh semacam pelepah
dengan "rambut". Rambut jagung sebenarnya adalah tangkai putik.
Jagung
termasuk tanaman bijinya berkeping tunggal monokotil,
jagung tergolong berakar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun
sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa
muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga
tegaknya tanaman.
Batang
jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak
seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat
sehingga tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah
daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak
mengandung lignin.
Daun jagung
adalah daun sempurna.
Bentuknya memanjang. Antara pelepah
dan helai daun
terdapat ligula.
Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan
ada yang berambut. Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki
familia Poaceae. Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas.
Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada
sel-sel daun.
Jagung
memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu
tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku
Poaceae, yang disebut floret.
Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga
jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence).
Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam
tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu
tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki
sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari
satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan
jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga
betinanya (protandri).
Jagung
menggunakan pupuk kompos. Pupuk Kompos ibarat multi-vitamin untuk tanah
pertanian. Kompos akan meningkatkan kesuburan tanah dan merangsang perakaran
yang sehat Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan
bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan
kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan
meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman
untuk menyerap unsur hara dari tanah dan menghasilkan senyawa yang dapat
merangsang pertumbuhan tanaman. Aktivitas mikroba tanah juga diketahui dapat
membantu tanaman menghadapi serangan penyakit. Tanaman yang dipupuk dengan
kompos juga cenderung lebih baik kualitasnya daripada tanaman yang dipupuk
dengan pupuk kimia, misal
:
hasil panen lebih tahan disimpan, lebih berat, lebih segar, dan lebih enak.
Aplikasinya tanah dengan pupuk kompos memiliki perbandingan 4 : 1 dan memiliki
kedalaman tanam 1 cm.
Menurut
penelitian Mahasiswa Universitas Padjajaran “Pengaruh Kompos Sampah Kota dan Pupuk Kandang Sapi Terhadap Sifat
Kimia Tanah dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata) pada Fluventic Eutrudepts Asal Jatinangor
Kabupaten Sumedang”. Pemberian pupuk kotoran sapi dan kompos kota
mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Jagung yang diberi perlakuan pupuk kotoran
sapi dan kompos kota, menunjukkan ada perbedaan rata-rata berat kering tanaman
dengan tanpa pupuk kotoran sapi dan kompos kota (kontrol).
Produktivitas
tanaman rata-rata tertinggi dicapai pada taraf dosis maksimal 15 ton ha-1. Hal
ini selaras dengan kondisi perbaikan sifat fisik-kimia tanah yang optimal
terjadi pada taraf dosis tersebut. Hasil uji statistik untuk bobot kering
tanaman jagung menunjukkan bahwa terjadi interaksi antara pupuk kotoran sapi
dengan kompos kota terhadap pertumbuhan tanaman jagung. Dapat disimpulkan bahwa
penambahan kompos kota dan pupuk kandang sapi berpengaruh positif terhadap
peningkatan bobot kering tanaman. Penambahan taraf dosis pupuk kandang sapi
maupun kompos kota berpengaruh pada peningkatan bobot kering tanaman jagung.
Peningkatan bobot kering tanaman selaras dengan penambahan taraf dosis kompos
kota dan pupuk kandang sapi. Tetapi pada percobaan yang kami lakukan hasil pengamatan tinggi
tanaman jagung perlakuan A2B3 (kedalaman tanam 2 cm dan media tanah dan
kompos perbandingan 2:1)
pertumbuhannya
meningkat tetapi melambat mulai minggu ke-3 dan ke-4. Hal ini karena kompos atau
unsure hara dalam tanah lama-kelamaan akan hilang serta tanah belum tercampur
sempurna dan kedalaman yang 2cm. Oleh karena itu, kandungan unsure hara dalam
tanah sangat terbatas dan berkurang, yang menyebabkan pertumbuhan tanaman
jagung terhambat.
Faktor yang menyebabkan berat segar
menghasilkan berat terbaik,
misalkan
saja media tanam dan kedalaman tanam
adalah faktor yang turut menentukan pertumbuhan tanaman dan hasil tanaman. Media
tanam yang baik akan sangat diperlukan untuk pertumbuhan tanaman dan hasil
tanaman. Pada media tanam yang mengandung banyak unsur hara yang dibutuhkan
tanaman maka pertumbuhan dan hasil tanaman akan baik sebaliknya jika media
tanam tidak menyediakan unsur yang dibutuhkan tanaman, maka tanaman akan
terhambat pertumbuhan serta hasilnya juga kurang memuaskan dan berat segarnya
pun tidak menghasilkan berat terbaik. Kedalaman tanam juga dapat mempengaruhi
pertumbuhan serta hasil. Kedalaman tanam tergantung dari macam perkecambahan
untuk benih dengan keping (cotyledonae) yang muncul ke permukaan tanah, maka
penanaman yang dilakukan adalah penanaman dangkal. Kedalaman tanam berhubungan
dengan kadar oksigen (O2) karena oksigen akan berkurang sesuai
kedalaman dan benih memerlukan oksigen untuk hidup.
Berat
kering brangkasan dan berat segar brangkasan sebenarnya saling
berkesinambungan. Apabila berat segar brangkasan memberikan hasil yang terbaik,
maka berat kering brangkasan pun akan memberikan hasil yang terbaik pula. Hal
ini disebabkan karena saat pengovenan yang dilakukan selama 24 jam atau 1 hari
dengan suhu 900 C ini yang susut adalah kandungan airnya saja.
Dari hasil perhitungan brangkasan segar dan brangkasan kering diperoleh hasil bahwa berat brangkasan segar
lebih banyak daripada berat kering brangkasan. Berat brangkasan segar setelah
di oven hasilnya sangat berbeda jauh, yakni menyusut lebih dari 60% berat
brangkasan segar. Yang berarti berbeda sangat nyata, sehingga dapat diketahui
bahwa setiap perlakuan sangat berpengaruh pada pertumbuhan tanaman.
F. Kesimpulan
dan Saran
1. Kesimpulan
Berdasarkan
praktikum Dasar Agronomi dengan judul “Kedalaman dan Media Tanam” ini dan
analisis hasil percobaan yang kami lakukan, dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
a.
Media tanam
merupakan salah satu faktor penting dalam pertumbuhan dan hasil tanaman
b.
Hasil
tanaman tergantung pada tipe perkecambahan dan kandungan air serta oksigen pada
media tanam
c.
Media tanam
yang paling baik dari praktikum ini adalah tanah dan dengan kedalaman 1cm.
d.
Hasil
berbeda dari setiap kelompok dengan perlakuan yang sama terjadi karena pengaruh
faktor lain, misalnya intensitas penyiraman dan perawatan tanaman.
2. Saran
Berdasarkan hasil praktikum Dasar
Agronomi dengan judul “Kedalaman dan Media Tanam” yang telah dilakukan, penulis
menyarankan :
a.
Pada saat mencampur media tanah dengan pupuk kompos
dengan perbandingan yang telah ditentukan sebaiknya seluruh tanah telah
bercampur sempurna dengan pupuk kompos.
b.
Perawatan yang meliputi penyiraman hendaknya dilakukan
secara rutin setiap hari agar pertumbuhan tanaman bisa maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2010. Pemupukan pada Tanaman. http://www.kebonkembang.com/serba-serbi-rubrik-44/178-pupuk-kontroversi-seputar-pupuk-a-pemupukan-tanaman.html. Diakses
pada hari Kamis tanggal 7 Juni 2012 pada pukul 11.30 WIB.
Foth, Henry D. 2006. Fundamentals of Soil Science, Sixth Edition.
Erlangga. Jakarta
Hidajat, A. 2000. Pedoman Bertani di Rumah Kaca. Vol V. Erlangga.
Jakarta.
Kristina. D. 1996. Budidaya Pertanian. Jurnal Tropika.
Sutomo, Hadi. 2005. Pedoman Bertanam Sayuran Dataran Rendah. UGM
Press. Yogyakarta
Subroto, H. dan Awang Yusrani. 2005. Kesuburan dan Pemanfaatan Tanah.
Bayumedia Publishing. Malang.
Sumiati. 2000. Bahan Kuliah Pengantar Agronomi. Proyek
Peningkatan Perguruan Tinggi. Bogor.