Senin, 21 Juli 2014

Laporan Cangkok - Dasar Hortikultura



ACARA III
CANGKOK
A.    Pendahuluan
1.     Latar Belakang
Tanaman merupakan salah satu organisme yang mampu melakukan pembiakan guna mempertahankan diri dan memperbanyak diri. Dalam kehidupan sehari-hari tanaman melakukan beberapa aktivitas yang berguna dalam rangka mempertahankan hidup, seperti bernapas, berfotosintesis, respirasi, dan berkembang biak. Awal perkembangbiakan umumnya ditandai dengan perkecambahan, tentunya didalamnya terdapat struktur yang cukup rumit. Perkembangbiakan pada setiap tanaman tidaklah sama. Ada beberapa spesies tanaman yang berkembangbiak dengan cara generatif dan ada juga yang berkembangbiak dengan cara vegetatif.
Pembiakan pada tanaman umumnya dapat terjadi secara alami maupun dengan bantuan manusia (terutama untuk tanaman-tanaman yang dibudidayakan dan diambil nilai ekonomi dan artistiknya). Pada pembiakan dengan cara vegetative sebagian besar dilakukan oleh manusia agar diperoleh anakan yang sesuai dengan harapan. Tanaman untuk memperbanyak jenisnya harus melakukan perkembangiakan agar terjadi perbanyakan atau agar tidak terjadi kepunahan. Perkembangbiakan pada tanaman yang dibantu oleh manusia bisa disebut pembiakan tanaman. Salah satu pembiakan tanaman adalah pembiakan dengan mencangkok yang biasa disebut air layerage atau disebut juga bumbun.
Dalam pertanian mencangkok merupakan salah satu upaya pembiakan tanaman. Pembiakan tanaman dapat dibedakan menjadi dua yaitu secara vegetatif dan generatif. Tehnik perbanyakan vegetatif dengan cara pelukaan atau pengeratan cabang pohon induk dan dibungkus media tanam untuk merangsang terbentuknya akar. Pada tehnik ini tidak dikenal istilah batang bawah dan batang atas. Teknik ini relatif sudah lama dikenal oleh petani dan tingkat keberhasilannya lebih tinggi, karena pada cara mencangkok akar tumbuh ketika masih berada di pohon induk. Mencangkok adalah suatu teknik perbanyakan tanaman dengan cara merangsang timbulnya perakaran pada cabang pohon sehingga dapat ditanam sebagai tanaman baru. Cara merangsang timbulnya akar tersebut adalah dengan mengupas kulit luar cabang selanjutnya cabang yang terkupas tadi diberi media tanah.
2.     Tujuan Praktikum
Praktikum acara cangkok bertujuan untuk mengetahui dan melatih pelaksanaan teknik-teknik mencangkok pada tanaman buah.


B.    Tinjauan Pustaka
Rambutan (Nephelium lappaceum L.), merupakan tanaman tumbuh dan berbuah baik di dataran rendah hingga ketinggian 500 m dpl dengan tipe iklim basah. Curah hujan 1.500-3.000 mm per tahun. Tanah yang gembur dan subur lebih disenangi. Tanaman ini relatif tahan pada lahan gambut yang masam dan tanah latosol cokelat dengan pH tanah 4-6,5. Suhu udara 22-35° C. Tipe tanah latosol kuning sangat disenangi. Hembusan angin yang kering, biasanya di pantai, dapat menyebabkan tepi-tepi daun berwarna kecokelatan seperti terbakar. Namun, untuk merangsang pembungaan diperlukan musim kemarau (kering) antara 3-4 bulan. Hujan yang jatuh pada saat tanaman sedang berbunga menyebabkan banyak bunga berguguran dan mendorong timbulnya serangan penyakit mildu tepung (Oidium sp.). Bila kemarau berkepanjangan, buah menjadi kurang berisi (kerempeng) dan bijinya tidak berkembang (kempis, rudimenter) (Anonim 2012).
Saat ini durian lokal mulai diincar oleh konsumen dan rasanya tak kalah dengan durian Montong dari Thailand.  Durian lokal sangat bervariasi jenisnya dengan rasa bervariasi pula mulai dari manis sekali tanpa rasa pahit, manis dengan rasa pahit, aroma buah tajam-sedang dan tidak beraroma, daging buah kuning-kuning keputihan , putih.  Selera konsumen juga berbeda antara konsumen dalam negeri dan luar negeri.  Konsumen dalam negeri lebih menyukai durian dengan rasa manis sedikit pahit atau pahit dan aroma buah yang tajam.   Sedangkan konsumen luar lebih menyukai durian dengan rasa manis tanpa aroma (Syariefa 2003).
Manfaat durian selain sebagai makanan buah segar dan olahan lainnya, terdapat manfaat dari bagian lainnya, yaitu : Tanamannya sebagai pencegah erosi di lahan-lahan yang miring, Batangnya untuk bahan bangunan/perkakas rumah tangga. Kayu durian setaraf dengan kayu sengon sebab kayunya cenderung lurus, Bijinya yang memiliki kandungan pati cukup tinggi, berpotensi sebagai alternatif pengganti makanan (dapat dibuat bubur yang dicampur daging buahnya), Kulit dipakai sebagai bahan abu gosok yang bagus, dengan. cara dijemur sampai kering dan dibakar sampai hancur Poerwanto et al, 2000).



C.    Metodelogi Praktikum
1.     Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum acara Cangkok dilaksanakan pada hari Senin, 3 Desember 2012 di Jumantono Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2.     Alat
a.      Pisau
b.     Tali rafia
3.     Bahan
a.      Tanah
b.     Plastik
c.      Air
d.     Pupuk kandang
4.     Cara kerja
a.      Memilih cabang yang sehat dan kuat atau sudah berkayu. Ukuran diameternya sekitar 0,5-2 cm, tidak lebih kecil dari ukuran pensil.
b.     Menyayat cabang dengan pisau secara melingkar dan dibuat memanjang ke bawah sepanjang 3-5 cm atau dua kali diameter cabang.
c.      Mengellupas kulit higga bagian kambium yang seperti lendir tampak jelas. Kambium ini dihilangkan dengan cara dikerik dengan mata pisau sehingga bersih atau kering.
d.     Menutup bekas sayatan dengan media cangkok, media diatur penempatannya agar rata menutupi luka keratin sampai melewati luka keratin bagian atas (1-2 cm), kemudian membungkus dengan tanah dan plastik dan ditali dengan raffia.


D.    Hasil Pengamatan dan Pembahasan
1.     Hasil Pengamatan
Tabel 3.1 Hasil Pengamatan Cangkok pada tanaman Rambutan (Nephelium lappaceum L.) dan tanaman Durian ()
No
Komoditas
Foto Awal Cangkok
Foto Hasil Cangkok
Keterangan
1
tanaman rambutan (Nephelium lappaceum L.)





Gambar 3.1 Awal Cangkok ……..
Gambar 3.2 Hasil Cangkok ……..
2.




sesuaikan
sesuaikan
Sumber : Laporan Sementara
2.     Pembahasan
1.     Pengertian Cangkok
Pembiakan tanaman dengan cara mencangkok ialah mengusahakan perakaran dari suatu cabang tanaman tanpa memotong cabang tanaman tersebut dari pohon induknya.  Beberapa jenis tanaman buah-buahan di Indonesia dapat dikembangkan dengan cara pencangkokan ini.  Caranya ialah dengan mengerat batang atau cabang tanaman yang akan dicangkok secara melingkar di dua tempat yang jaraknya 5 -10 cm.  Kulit pada bagian yang kita kerat tersebut dikupas sampai pada bagian kayunya,  sehingga lapisan kambiumnya hilang sama sekali.  Selanjutnya pada bagian yang kita kupas tersebut ditutup dengan tanah (sebaiknya tanah campur pupuk kandang), kemudian dibalut dengan sabut kelapa atau plastik.  Waktu yang baik untuk mencangkok adalah pada musim hujan, namun bisa juga dilakukan pada musim kemarau asal selalu disiram dengan air untuk mencegah kekeringan. (Nagaraja 2008).
2.     Syarat tanaman yang dicangkok
Dalam mencangkok umumnya digunakan cabang orthotrof yang tidak telalu tua maupun terlalu muda yang umumnya berwarna hijau kecoklat-coklatan. Bahan untuk pembungkus cangkokkan biasanya digunakan sabut kelapa atau karung goni untuk membungkus tanah sebagai media perakaran. Supaya cangkokkan dapat berhasil dengan baik, dengan waktu yang relatif cepat dan ekonomis maka sabut kelapa atau karung goni diganti dengan plastik. Medium perakaran tanah dapat diganti dengan gambut atau lumut. Lumut yang digunakan sebagai media tanam mempunyai sifat selain anti septik juga dapat menahan kandungan air yang cukup tinggi, sehingga dalam pelaksanaan pencangkokkan tidak perlu terlalu sering disiram air. Mengenai kulit bagian atas yang diiris sebaiknya dioles dengan Rootone F yang berguna untuk mempercepat dan memperbanyak keluarnya akar (Samson 2000).
3.     Tata Cara mencangkok
Langkah-langkah untuk mencangkok antara lain : Pertama, pastikan bahwa induk semang tanaman adalah dari varietas unggul, agar hasilnya nanti adalah bibit unggul juga. Kedua, tentukan cabang yang lurus dan cukup besar agar nanti pohon cukup kuat untuk mandiri. Kira-kira sebesar pergelangan tangan anak atau berdiameter 3 cm. Ketiga, mengerat pangkal cabang menggunakan pisau. Kerat sekali lagi dari keratan pertama berjarak sekitar satu kepalan tangan atau 5 cm. Selanjutnya, membuang kulit antara keratan tadi. Mengerok lendir/getah sampai bersih dan kayu tidak licin lagi setelah kulit kayu bersih. Mengambil serabut kelapa atau plastik secukupnya dan mengikat bagian bawah dulu. Membentuk sedemikian rupa sehingga membentuk penampung, isi dengan campuran tanah yang sudah dipersiapkan. Isian harus cukup padat dengan cara ditekan-tekan. Mengikat bagian atas serabut atau plastik dan pastikan campuran tanah tertutup rapat. Membuat lubang-lubang untuk pembuangan air berjarak 1 cm antar lubangnya (jika medianya adalah plastik). Menyiram air sampai air menetes dari cangkokan. Tunggulah sekitar 4-6 minggu sebelum cangkokan siap dipisahkan dari induknya. Ingat selalu untuk menyirami cangkokan setiap pagi dan sore hari. Untuk memastikan bahwa tanaman yang dicangkok sudah jadi, check apakah sudah keluar akar yang cukup banyak, biasanya sampai menembus plastik atau serabut pembungkus. Jika kondisi ini sudah memenuhi syarat, potong tanaman dari induknya. Sebaiknya memotong menggunakan gergaji agar tanaman tidak rusak. Kurangi daun dan ranting dan menyisakan beberapa lembar daun saja (Nuanyar 2007).
4.     Penjelasan Media yang digunakan saat Praktikum
Alat-alat yang diperlukan untuk mencangkok yaitu : Pisau yang kuat dan tajam, Serabut kelapa atau plastik kresek, Tali atau karet ban dalam bekas, Paku panjang 10 cm, Ember atau apa saja media lain utk menampung air, Kursi/tangga/stegger, jika cabang terlalu tinggi, Campuran tanah subur : pupuk kandang : serabuk gergaji perbandingan 1:1:1 (Nuanyar 2007).
5.     Ciri-ciri keberhasilan cagkok dan jelaskan proses munculnya akar
6.     Faktor yang mempengaruhi keberhasilan cangkok
Teknik perbanyakan vegetative, dengan cara pelukaan atau pengeratan cabang pohon induk dan dibungkus media tanam untuk merangsang terbentuknya akar. Pada teknik ini tidak ada batang bawah dan batang atas. Teknik ini relative sudah dilakukan oleh petani dan keberhasilannya lebih tinggi, karena pada proses mencangkok akar akan tumbuh ketika masih berada di pohon induk. Produksi dan kualitas buahnya akan sama persis dengan tanaman induknya. Tanaman asal cangkok bisa ditanam pada tanah yang letak air tanahmya tinggi atau di pematang kolam ikan. Kerugian yang diperoleh dari mencangkok adalah dalm pembibitannya. Pada musim kemarau panjang tanaman tidak tahan kering. Tanaman mudah roboh bila ada angin kencang karena tidak berakar tunggang. Pohon induk tajuknya menjadi rusak karena banyak cabang yang dipotong. Pada satu pohon induk kita hanya bisa mencangkok beberapa batang saja, sehingga perbanyakan tanaman dalam jumlah besar tidak bisa dilakukan dengan cara ini. Media untuk mencangkok bisa menggunakan serbuk sabut kelapa ataupun cacahan sabut kelapa. Campuran kompos/pupuk kandang dengan tanah (1:1) juga bisa digunakan. Kalau disekitar kebun ada tanaman bambu, maka tanah di bawah bamboo yang telah bercampus seresah daun bambu dan sudah membusuk bisa juga digunakan untuk media cangkok. Waktu pelaksanaan sebaiknya pada awal musim hujan, sehingga cangkokan tidak akan kekeringan. Selain itu dengan mencangkok di awal musim hujan akan tersedia waktu untuk menanam hasil cangkokan pada musim itu juga (Herawan 2003).


E.    Kesimpulan dan Saran
1.     Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum acara Cangkok dapat ditarik kesimpulan bahwa :
a.    Mencangkok adalah suatu teknik perbanyakan tanaman dengan cara merangsang timbulnya perakaran pada cabang pohon sehingga dapat ditanam sebagai tanaman baru mencangkok merupakan salah satu upaya pembiakan tanaman.
b.   Penutup yang digunakan dalam pencangkokkan ini juga berpengaruh pada tumbuhnya akar pada cangkokkan. Penutup yang berasal dari serabut lebih efektif daripada penutup dari plastik karena serabut lebih mudah menahan air yang disiramkan pada cangkokkan sehingga mudah merangsang akar untuk tumbuh.
c.    Pertumbuhan akar cangkokan dapat secara maksimum apabila kondisi media pembalut, bahan pembungkus sesuai dan mendukung untuk melakukan pertumbuhan.
2.     Saran
Berdasarkan hasil praktikum Cangkok dapat diberikan saran sebagai berikut :
a.      Sebaiknya diperhatikan dalam pemilihan batang yang akan digunakan dalam pencangkokan
b.     Sebaiknya selalu diperhatikan kekompakan setiap anggota kelompok dan ketelitian dalam percobaan agar mendapatkan hasil yang maksimal.

a.       
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2012. http://www.iptek.net.id. Diakses pada tanggal 23 Desember 2012.
Herawan, T., 2003. Propagasi Klon Acacia mangium Melalui Kultur Jaringan. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol.1 No. 2. Hal. 43-48. Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Yogyakarta.
Kalie, M. B 2000. Budidaya Rambutan Varietas Unggul. Kanisius: Yogyakarta.
Nagaraja, G.S., B.G. Muthappa Rai dan T.R. Guruprasad 2008. Effect of intermittent mist and growth regulator on propagation of Jasminum grandiflorum by different types of cuttings. Haryana J.Hort. Sci. 20 (3-4) : 183-188.
Nuanyar 2007. Cara Bercocok Tanam. [serial online]. http://nanemeuy.blogspot.com/. (16 Desember 2012).
Poerwanto, R., dan S. Manuwoto.  2000.  Kerangka Acuan Riset Unggulan Strategi Nasional.  Pusat Kajian Buah-buahan Tropika.  IPB.
Pusat Kajian Buah-buahan Tropika.  2000.  Hasil lokakarya RUSNAS.  Pengembangan Buah-buahan unggulan Indonesia.  PKBT IPB.
Samson, J.A 2000. Tropical fruit; The tropical agriculture series of which this volume part. The editorship of Gordin. Wrigley.
Syariefa, E.  2003.Durian lokal diincar.  Trubus 398- XXXIV.  Penebar Swadaya.

Laporan Budidaya Tanaman - Dasar Hortikultura



 ACARA II
BUDIDAYA TANAMAN
A.    Pendahuluan
1.     Latar Belakang
Kegiatan budidaya tanaman pertanian merupakan salah satu kegiatan yang paling awal dikenal oleh peradaban manusia dan mengubah total bentuk kebudayaan. Sejalan dengan peningkatan peradaban manusia, teknik budidaya tanaman juga berkembang menjadi berbagai sistem. Mulai dari sistem yang paling sederhana sampai sistem yang canggih. Berbagai teknologi budidaya dikembangkan guna mencapai produktivitas yang diinginkan.
Kebutuhan akan bahan pangan senantiasa menjadi permasalahan yang tidak ada habisnya. Kekurangan pangan seolah-olah sudah menjadi persoalan kompleks bagi manusia. Kegiatan pertanian yang meliputi budaya bercocok tanam merupakan kebudayaan manusia yang paling tua. Teknik budidaya tanaman adalah proses menghasilkan bahan pangan serta produk-produk agroindustri dengan memanfaatkan sumber daya tumbuhan. Cakupan obyek budidaya tanaman meliputi tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan.
Budidaya tanaman ini untuk memperoleh hasil yang optimal diperlukan persiapan lahan untuk media tanam yang baik, pemilihan benih yang baik melalui uji fisik, penanaman dengan memperhatikan jarak tanam, pemeliharaan terhadap tanaman dengan melalukan penyiraman, penyiangan, pendangiran dan pengendalian hama, gulma dan penyakit serta yang terakhir adalah pemanenan dengan kriteria tanaman yang sudah masak. Sedangkan perlakuan yang juga penting adalah harus tersedianya makanan dan nutrisi yang cukup seperti perlakuan pemupukan. Pemupukan dengan pupuk organik untuk menambah hara dalam tanah seperti Urea, Sp36 dan KCL. Pupuk organik yang biasanya digunakan adalah pupuk kandang. Selain dipupuk dengan pupuk kandang, pemberian pupuk harus sesuai dengan dosis yang dibutuhkan oleh tanaman.
Pemilihan varietas tanaman serta kondisi lingkungan serta tanah yang baik dan mendukung sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Faktor yang harus diperhatikan adalah faktor abiotik dan biotik. Lingkungan tumbuh tanaman dapat digolongkan ke dalam lingkungan abiotik berupa tanah atau medium/substrat lainnya dan iklim atau cuaca dan lingkungan biotik berupa makhluk hidup lainnya. Tanah atau medium/substrat merupakan pemasok hara dan air yang diperlukan tanaman selain sebagai tempat hidup komponen biotik, baik yang menguntungkan maupun yang merugikan. Iklim terdiri dari unsur/unsur seperti udara, angin, suhu, kelembaban udara, cahaya matahari, dan hujan. Lingkungan biotik meliputi hama, penyakit dan gulma yang merugikan dan makhluk lainnya yang menguntungkan tanaman.
2.     Tujuan Praktikum
Praktikum acara Budidaya Tanaman bertujuan untuk mengenal, mempelajari dan memberikan ketrampilan kepada mahasiswa tentang teknik-teknik budidaya komoditas hortikultura.


B.    Tinjauan Pustaka
Kangkung darat (Ipomoea reptana) dapat ditanam di dataran rendah dan dataran tinggi. Kangkung merupakan jenis tanaman sayuran daun, termasuk kedalam famili Convolvulaceae. Daun kangkung panjang, berwarna hijau keputih-putihan merupakan sumber vitamin pro vitamin A. Berdasarkan tempat tumbuh, kangkung dibedakan menjadi dua macam yaitu: Kangkung darat yaitu hidup di tempat yang kering atau tegalan, dan Kangkung air yaitu hidup di tempat yang berair dan basah (Dasista 2010).
Pada musim hujan tanaman kangkung pertumbuhannya sangat cepat dan subur, asalkan di sekelilingnya tidak tumbuh rumput liar. Dengan demikian, kangkung pada umumnya kuat menghadapi rumput liar, sehingga kangkung dapat tumbuh di padang rumput, kebun/ladang yang agak rimbun. Tanaman kangkung membutuhkan lahan yang terbuka atau mendapat sinar matahari yang cukup. Di tempat yang terlindung (ternaungi) tanaman kangkung akan tumbuh memanjang (tinggi) tetapi kurus-kurus. Kangkung sangat kuat menghadapi panas terik dan kemarau yang panjang. Apabila ditanam di tempat yang agak terlindung, maka kualitas daun bagus dan lemas sehingga disukai konsumen (Anonim 2009).
Kangkung tergolong sayur yang sangat populer, karena banyak peminatnya. Kangkung disebut juga Swamp cabbage, Water convovulus, Water spinach. Berasal dari India yang kemudian menyebar ke Malaysia, Burma, Indonesia, China Selatan Australia dan bagian negara Afrika.
Kangkung termasuk suku Convolvulaceae (keluarga kangkung-kangkungan). Kangkung merupakan tanaman yang tumbuh cepat yang memberikan hasil dalam waktu 4-6 minggu sejak dari benih. Kangkung yang dikenal dengan nama Latin Ipomoea reptans terdiri dari 2 (dua) varietas, yaitu Kangkung Darat yang disebut Kangkung Cina dan Kangkung Air yang tumbuh secara alami di sawah, rawa atau parit-parit (Dimas 2009).
Tanaman kangkung cepat memberikan hasil dalam 4-6 minggu sejak dari benih. Kangkung dapat dipanen optimal 8-10 kali per musim. Tanaman ini dapat tumbuh optimal di daerah tropik dataran rendah dengan kondisi temperatur yang tinggi dan tetap serta penyinaran matahari yang rendah. Rata-rata suhu pertumbuhan optimal adalah 20oC-32oC dengan kelembaban lebih dari 60%. Kangkung dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai dataran tinggi kurang lebih 2000 m dpl dan diutamakan lokasi lahannya terbuka atau mendapat sinar matahari yang cukup. Di tempat yang terlindungi atau ternaungi tanaman kangkung akan tumbuh memanjang namun kurus-kurus
 (Balai Penelitian 2008).
Persyaratan tanah yang paling ideal untuk tanaman kangkung sangat tergantung kepada jenis varietasnya, yakni: kangkung air membutuhkan tanah yang banyak mengandung air dan lumpur, misalnya rawa-rawa, persawahan atau di kolam-kolam. Pada tanah yang kurang air tanaman kangkung air pertumbuhannya akan kerdil, lambat dan rasanya menjadi liat (keras). Sedangkan kangkung darat menghendaki tanah yang subur, gembur, banyak mengandung bahan organik dan tidak mudah menggenang. Pada tanah yang becek, akar-akar dan batang tanaman kangkung darat mudah membusuk dan mati. Tumbuh optimum pada tanah yang memiliki pH 5,6-6,5 (Susilo 2006).





C.    Metodelogi Praktikum
1.     Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum acara Budidaya Tanaman dilaksanakan pada hari Senin, 12 November 2012  dan panen pada hari Selasa, 11 Desember 2012 di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2.     Alat
a.      cangkul
b.     cetok
c.      paranet
d.     gembor
e.      alat tulis
f.      kertas
g.     patok
h.     tali raffia
3.     Bahan
a.      benih kangkung darat
b.     pupuk kandang
c.      pupuk NPK
4.     Cara kerja
a.      Persiapan Lahan
1)        Mengolah tanah dengan cangkul, sehingga tanah menjadi gembur
2)        Membuat petakan/bedengan yang diberi papan nama
3)        Menabur pupuk kandang sebagai pupuk dasar
b.     Pemilihan dan Perhitungan Kebutuhan Benih
1)        Memilih benih kangkung yang baik untuk ditanam, dengan memilih benih yang bersertifikat
2)        Memilih benih yang berkualitas (penampakan fisik baik tidak cacat)
c.      Penanaman
1)        Membuat lubang tanam sedalam 2 cm
2)        Menanam benih kangkung darat ada lubang yang tersedia, kemudian menutup dengan tanah
3)        Mengatur jarak tanam 20 x 40 cm (menyesuaikan ukuran petakan)
4)        Melakukan pemangkasan pucuk pada minggu ke-3 setelah tanam
d.     Pemeliharaan
1)        Menyirami tanaman setiap sore hari, setelah 1 minggu bila tanaman telah hidup melakukan penyiraman bila tanah dalam keadaan kering
2)        Melakukan penyiangan dan pendagiran dengan cangkul atau cetok untuk membersihkan gulma dan menggemburkan tanah
3)        Melakukan pengendalian pengganggu tanaman (hama/penyakit) secara mekanik bila diperlukan
e.      Pemanenan
Melakukan pemanenan bila tanaman telah memasuki criteria masak atau telah mencapai umur panen


D.    Hasil Pengamatan dan Pembahasan
1.     Hasil Pengamatan
Tabel 2.1 Hasil Pengamatan Budidaya Tanaman Kangkung (Ipomoea aquatica Forsk)
Kelompok
Tanggal Panen
Berat Total Panen (Kg)
1
11 Desember 2012
0,75
2
11 Desember 2012
1,00
3
11 Desember 2012
3,60
4
11 Desember 2012
4,50
5
11 Desember 2012
2,20
6
11 Desember 2012
3,20
7
11 Desember 2012
0,90
8
11 Desember 2012
3,30
9
11 Desember 2012
1,20
Total

20,65
Sumber : Laporan Sementara
2.     Pembahasan
Kangkung darat (Ipomoea reptana) dapat ditanam di dataran rendah dan dataran tinggi. Kangkung merupakan jenis tanaman sayuran daun, termasuk kedalam famili Convolvulaceae. Daun kangkung panjang, berwarna hijau keputih-putihan merupakan sumber vitamin pro vitamin A. Berdasarkan tempat tumbuh, kangkung dibedakan menjadi dua macam yaitu: 1) Kangkung darat, hidup di tempat yang kering atau tegalan, dan 2) Kangkung air, hidup ditempat yang berair dan basah (Dasista 2010).
Kangkung tergolong sayur yang sangat populer, karena banyak peminatnya. Kangkung disebut juga Swamp cabbage, Water convovulus, Water spinach. Berasal dari India yang kemudian menyebar ke Malaysia, Burma, Indonesia, China Selatan Australia dan bagian negara Afrika.
Kangkung termasuk suku Convolvulaceae (keluarga kangkung-kangkungan). Kangkung merupakan tanaman yang tumbuh cepat yang memberikan hasil dalam waktu 4-6 minggu sejak dari benih. Kangkung yang dikenal dengan nama Latin Ipomoea reptans terdiri dari 2 (dua) varietas, yaitu Kangkung Darat yang disebut Kangkung Cina dan Kangkung Air yang tumbuh secara alami di sawah, rawa atau parit-parit (Dimas 2009).
Cara pengolahan tanah sangat mempengaruhi struktur tanah alami yang baik yang terbentuk karena penetrasi akar dan fauna, apabila pengolahan tanah terlalu intensif maka struktur tanah akan rusak. Untuk mengatasi pengaruh buruk pengolahan tanah, maka dianjurkan beberapa cara pengolahan tanah konservasi yang dapat memperkecil erosi. Cara yang dimaksud adalah tanah yang ditanami tidak diolah, tidak semua permukaan tanah diolah, pengolahan kontur dan pengolahan tanah dilakukan memotong lereng
(Direktorat Hortikltura 2006).
Pengaturan jarak tanam yang tepat bagi tanaman dapat memberikan peluang yang sebesar – besarnya bagi tanaman untuk dapat memanfaatkan sumber daya lingkungan secara maksimal, baik berupa lingkungan tanah, air maupun iklim. Lingkungan tanah merupakan sumber nutrisi dan air bagi tanaman. Sedangkan lingkungan iklim yang penting antara lain radiasi surya, suhu, dan kelembaban. Interaksi antara tanaman dengan faktor lingkungan akan memberikan gambaran terhadap perkembangan dan hasil tanaman (Suminarti 2000)
Benih yang baik harus memenuhi syrat sebagai berikut: benih utuh, artinya tidak luka atau tidak cacat, benih harus bebas hama dan penyakit, benih harus murni, benih diambil dari yang unggul atau stek yang sehat mempunyai daya kecambah 80%, benih yang baik akan tenggelam apabila direndam dalam air, dan benih tidak keriput dan mengkilat dengan warna normal (Seiriam 2001).
Pemangkasan produksi dilakukan dengan memangkas cabang untuk merangsang terbentuknya tunas vegetatif-generatif sehingga bidang percabangan lebih luas dan memungkinkan untuk meningkatkan produksi. Pemangkasan berpengaruh nyata terhadap tunas tumbuh perpucuk
(Hidayat 2005).
Panen dilakukan sore hari, dengan ciri batang besar dan berdaun lebar. Panen pertama dapat dilakukan pada hari ke-12 dengan panjang batang kira-kira 20-25 cm atau ketika berumur 27 hari. Cara memanen menggunakan alat pemotong, pangkas batangnya dengan menyisakan sekitar 2-5 cm di atas permukaan tanah atau meninggalkan 2-3 buku tua. Dapat pula dilakukan dengan cara mencabutnya sampai akar. Selama panen, lahan harus tetap lembab. Panen dilakukan 2-3 minggu sekali, setelah 5-11 kali panen produksi panen akan menurun baik secara kuantitatif maupun kualitatif
            (Suprapto 1986).
Teknik budidaya tanaman kangkung pada saat praktikum dimulai dari pengolahan tanah, yaitu tanah yang akan ditanami digemburkan terlebih dahulu, setelah itu dibuat bedengan dan diberi pupuk kandang agar dapat digunakan untuk membedakan antara tanah yang ditanami dengan tanah yang tidak ditanami selain itu agar struktur tanah baik. Tahap selanjutnya adalah penanaman dengan kedalaman lubang 2 cm sebanyak 40 lubang dengan biji masing-masing sebanyak 5 biji kangkung kemudian menutupnya dengan tanah dan menyiramnya dengan air. Pemeliharan dilakukan setiap hari yaitu dengan cara disiram setiap sore atau pagi hari apabila tanah dalam keadaan kering juga dilakukan pemupukan sebelum panen. Panen dilakukan saat tanaman kangkung telah memasuki kriteria masak.




E.  Kesimpulan dan Saran
1.   Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum Budidaya Tanaman dapat ditarik kesimpulan bahwa :
a.      Pengaturan jarak tanam pada suatu areal tanah pertanian merupakan salah satu cara yang berpengaruh terhadap hasil yang akan dicapai. Makin rapat jarak tanam menyebabkan lebih banyak tanaman yang tidak berbuah.
b.     Hasil kangkung kelompok ada 3,3 kg sedangkan hasil kangkung total ada 20,65 kg.
c.      Budidaya tanaman kangkung dengan biji.
2.   Saran
Berdasarkan hasil praktikum Budidaya Tanaman dapat diberikan saran sebagai berikut :
a.      Sebaiknya praktikan lebih perhatian terhadap tanaman yang ditanam, agar hasil tanaman tersebut berkualitas, tidak hanya mengandalkan faktor alam saja.
b.     Lahan percobaan sebaiknya perlu dilakukan sistem bera untuk mendapatkan lahan yang optimum.
c.      Diperlukan pelatihan pengendalian hama dan penyakit yang terpadu




DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2009. Kangkung Darat. http://iptek.net.id. Diakses pada tanggal 18
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2008. Inovasi Teknologi Pertanian: Seperempat Abad Penelitian dan Pengembangan Pertanian Oleh Indonesia. Jakarta: Departemen Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 1998 Catatan: vol. 2
Dasista 2010. Cara Menanam Kangkung Darat. http://dasistalovers.wordpress.com. Diakses pada tanggal 18 Desember pada pukul 11.04 WIB
Dimas 2009. Budidaya Kangkung. http://dimasadityaperdana. blogspot. com/ 2009/06/ budidaya- kangkung. html. Diakses Pada tanggal 1 April 2011.
Direktorat Jendral Hortikultura 2006. Buku Tahunan Hortikultura Seri Tanaman Sayuran. Departemen Pertanian.
Hidayat, Ramdan 2005. “Pengaruh Pemangkasan Produksi dan Kombinasi Dosisi Pupuk Buatan terhadap Pertumbuahan dan Pembungaan Tanaman Mangga CV. Arumanis”. Jurnal Penelitian Agronomi. Vol.7, No.1, Januari-April. UNS. Surakarta.
Seiriam 2001. Budidaya Tanaman Pangan. http://www.niagapusri.co.id. Diakses pada tanggal 17 Desember 2011
Suminarti 2000. Teknik Budidaya Pertanian. Jurnal Kementrian Negara Riset dan Teknologi. Tanggal 27 Desember 2003. Jakarta
Suprapto, HS 1986. Bertanam Kangkung. Jakarta. Penebar Swadaya
Susilo, A.D 2006. Panduan Budidaya Tanaman Sayuran. Bogor. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB.
                    Desember 2012